@Handa_titik

Ini hasil tulisan saya, inspirasi saya. selamat membaca, selamat mengambil sisi positif, yang negatif di buang saja jadikan pembelajaran bagi kita. semoga bermanfaat bagi saya, anda dan kita semua. terimakasih :) - @Handtik

Rabu, 19 Desember 2012

Mimpi Besarku



Writer : Titik Handayani

            Seorang gadis cantik tengah terduduk di atas balkon kamarnya, kedua telinganya di tutup dengan earphone berwarna putih dan kedua matanya tertutup seakan merasakan lagu yang tengah di putar melalui MP3 handphone berlayar sentuh dengan warna hitam itu.
            Air mata yang susah payah ditahannya di balik matanya yang tertutup terasa percuma karena rasa sakit yang dirasakannya begitu besar. tanpa sebab kekasihnya meminta putus darinya, melupakan begitu saja janji yang telah diikatnya pada tujuh bulan yang lalu, saat dimana mereka melepaskan masa putih abu-abu yang kata orang begitu indah.
***
            Maaf ya, kita putus.
            Mata indah gadis berwajah oriental ini seketika membulat, membaca pesan masuk yang di ketahui dari sang kekasih. Kosentrasi yang tadinya tertuju pada dosen di muka kelas itu berlarian satu persatu. Sekarang pikirannya hanya tertuju pada pria bernama Ahmad Nabawi atau biasa ia sapa Bawi, pria yang tujuh bulan belakangan ini resmi menjadi kekasihnya.
            Matanya mulai memanas, air mata yang tak pernah berniat untuk keluar dari sarangnya kini berdesakan untuk keluar, Windy –nama gadis itu—tak tinggal diam, ia segera mengadahkan kepalanya, berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata bodoh itu pada saat yang tak tepat ini.
            “Win. Kenapa?” Gadis, sahabat Windy mulai merasakan sikap Windy yang aneh. windy menoleh kea rah sahabatnya itu, wajahnya begitu menyiratkan kesedihan juga kekecewaan.
            “Bawi minta putus.” Lirih Windy.
            “Baiklah, kita akhiri materi kita kali ini. Siang semuanya.” Ucap dosen dengan berkepala botak plontos dengan janggut yang menghiasi dagunya itu. dosen itu pun keluar dari ruang kelas. Semua mahasiswa berhamburan keluar kelas terkecuali Windy dan juga Gadis sahabatnya.
            “Kenapa emang? Lo ada masalah sama dia?” Tanya Gadis penasaran.
            “Mungkin dia nggak mau backstreet sama gue. Kan banyak yang bilang cowok nggak betah di ajakin backstreet.” Ungkap Windy tertunduk.
            “Sabar ya Win.” Gadis hanya bisa mengelus pundak Windy, menenangkan sahabatnya yang tengah dilanda kegalauan itu.
***
            aku kangen sama kamu. :*
            Jemari Windy bergerak lincah di atas layar handphonenya, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Ia juga merasakan apa yang diungkapkan mantan kekasihnya melalui pesan singkat itu.
            “Atagfirullah. Lupa gue sama dia kan udah putus.” Windy baru sadar apa yang menimpanya dengan mantan kekasihnya.
            Jangan ngejauh dari aku ya. Meskipun kita putus aku mau kita berhubungan baik. Aku nggak mau jauh dari kamu.
            Windy terdiam membaca pesan tersebut. Ia juga tak mau merasa jauh dengan mantan kekasihnya ini. Tujuh bulan menjalin kasih bukan waktu yang singkat, banyak yang sudah dialaminya bersama dengan Bawi. Apalagi mereka menuntun ilmu pada tempat yang sama saat masa putih abu-abu, itu membuatnya makin merasa susah melupakan sosok Bawi sebagai kekasihnya, menganggapnya sebagai sahabat seperti dulu.
            Windy kembali menyentuh setiap huruf yang tertera pada layar handphone bermerk Aple itu, mengiyakan permintaan sang mantan kekasihnya.
            Air mata itu mengalir pada kedua sudur mata indah Windy, menelusuri pipi chubby gadis berdarah sunda-betawi ini. Windy memang masih menjalin hubungan baik dengan Bawi, namun bagaimanapun hubungan mereka saat ini hanya sebatas teman, tidak lebih. Dan itu membuat Windy begitu merasakan sebuah kehilangan.
            “Apa lo nggak ngerasa kehilangan gue Baw?” Tanya Windy pada sebuah foto yang terdapat pada layar handphonenya.
            Windy memutuskan untuk ke balkon kamarnya, mengingat setiap detik kenangan manis bersama pria yang dikenalnya tiga setengah tahun lalu. Memutar lagu Rini Idol – Mimpi Besarku untuk sekedar menemani kegalauannya malam ini.
Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi
Tak bisa ku hidup tanpamu
Terbiasa kau perhatikan aku        

Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku

Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu

Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi

Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku

Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih…
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Kau mimpi besarku…
            Hati Windy makin teriris saat lantunan lagu itu terdengar di telinga lebih dari sepuluh kali. Begitu meresapi lagu yang saat ini benar-benar menjadi theme songnya.


            
            “Aku berharap suatu saat kamu dan aku akan menjadi kita lagi. Aku sayang kamu.” Gumam Windy menutup matanya, mencoba membayangkan senyum Bawi yang sekarang tak dapat dilihatnya lagi dalam dunia nyatanya.

*END*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar