Aku
berjalan dengan kesal saat menyusuri koridor kampus. Otakku sedari tadi tidak
terarah pada penjelasan dosen, bahkan aku seringkali mendapat teguran dari para
dosen yang mengajar di kelas. Dan ini semua, karena otakku yang sibuk dengan
bayang-bayangmu. Sedari semalam, bayang-bayangmu selalu memenuhi otakku, hingga
kau pun datang pada mimpiku. Sebegitu rindukah aku padamu?
Seharusnya, rasa rindu itu tidak
ada, jika rasa cinta itu tidak tumbuh di hatiku. Seharusnya, rasa cinta itu
tidak tumbuh diam-diam di dalam hatiku jika aku tidak terlalu GR dengan semua
perhatian dan canda yang menghiasi hari kita dulu. Dan seharusnya, aku bisa
melupakanmu dalam waktu yang hampir satu tahun berlalu ini.
Rasa cinta itu tumbuh hanya dalam hatiku,
diam-diam mulai mengalir di dalam aliran darahku, dan diam-diam tanpa sebuah
pertemuan pun aku masih saja memikirkanmu, membayangkan sosokmu ada di depan
mataku, memberikan ku semangat di saat aku mulai menyerah, memberikanku sebuah
senyuman di saat aku mulai lelah menjalani hari yang hanya di penuhi dengan
rutinitas kuliah.
Mungkin, rasaku terkadang bisa
menghilang seiring dengan waktu yang berlalu, seiring dengan kegiatan organisasi
kampus yang begitu segudang, namun di saat malam, di saat kesendirian itu
menimpa hidupku dan di saat aku mulai bosan dengan tumpukan kertas yang begitu
memuakkan itu, tiba-tiba sosokmu muncul dengan sebuah senyum manis, dengan
sebuah kalimat penyemangat. Tapi, itu semua hanya ilusi, ilusi yang hanya ada
di dalam imajinasiku. Kenyataannya, berbanding terbalik, mungkin mengingatku
saja kau tak pernah, apalagi terlintas dalam pikiranmu untuk memasukkanku di
dalam ruang hidupmu.
Lewat layar handphone ini, aku
memantau setiap kegiatan mu. Setiap kicauan yang kau lontarkan. Terkadang rasa
cemburu itu hinggap di saat aku melihatmu berkicau manis dengan gadis yang
berhasil membuatmu terjerat dalam lubang cinta. Aku selalu berharap jika suatu
saat aku lah yang menjadi gadis beruntung itu, bisa membuatmu terjatuh dalam
lubang cinta yang telah ku buat untukmu. Namun, sampai saat ini, lubang itu
masih saja kosong dengan sosokmu, ia hanya bisa memanggilmu dari dalam dan
menunggu kau datang untuk sekedar mendengarnya.
Cinta
tak harus memiliki. Cinta akan membuatmu bahagia jika melihat seseorang yang
kita cinta bahagia meskipun cinta itu tidak hidup bersama dengan kita. Aku muak dengan kata-kata itu. Aku muak dengan kalimat yang
membuat seseorang menyerah dengan rasa cintanya yang seharusnya di perjuangkan.
Bukankah cinta itu harus di perjuangkan, meskipun hasilnya tak seperti yang di
harapkan? Intinya kan, bagaimana kita menunjukkan rasa cinta kita pada
seseorang yang kita sayang.
Aku selalu mencoba menunjukkan rasa
sayangku padanya, saat kami masih bisa bersama, namun dia selalu saja tak bisa
melihat apa yang seharusnya ia lihat. Karena ia lebih terfokus pada gadis yang
jauh lebih pintar menarik hatinya.
Dan saat ini, aku dan dia tak lagi
menjalin komunikasi, semenjak kami melepas atribut SMA. Melepas masa-masa putih
abu-abu yang begitu penuh kenangan. Kenangan manis dan segala haru biru yang
ada di dalamnya.
Masa putih abu-abu memberikanku
segalanya. Keluarga, dan juga rasa cinta untuknya meskipun rasa itu tak tebalas
sampai saat ini. meskipunseringkali rindu itu menyapa di setiap hening malam,
namun aku tetap mencintai masa itu. Masa di mana aku selalu menjadi diriku
sendiri, masa dimana aku mencintainya secara diam-diam, dan sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar