“Love you.”
“Love you
too.”
Ungkapan
cinta yang saling membalas itu terlintas lagi di otakku, saat aku melihatnya
tengah bergandeng mesra dengan gadis lain. Andai saja ungkapan itu bukan hanya
sekedar canda, pasti akulah saat ini gadis beruntung itu untuk mendapatkan
genggaman dari tangan lembutnya.
Aku terjebak
dalam permainan yang kami buat. Ungkapan-ungkapan manis dari bibir kami saling
berbalas, membuatku seolah itu menggambarkan isi hati kami sesungguhnya. Namun
sesungguhnya, ungkapan-ungkapan manis itu hanyalah sebuah permainan untuk
menghidupkan suasana kelas. Dan pada akhirnya aku terpengaruh dengan manisnya
kata-kata itu, seperti heroin yang mampu membuatku melayang dan melupakan
segalanya. Seperti bunga yang tengah bermekaran, cinta itu tumbuh dan diam-diam
sampai saat ini masih tersimpan manis di dalam hati, meskipun dua tahun telah
berlalu.