@Handa_titik

Ini hasil tulisan saya, inspirasi saya. selamat membaca, selamat mengambil sisi positif, yang negatif di buang saja jadikan pembelajaran bagi kita. semoga bermanfaat bagi saya, anda dan kita semua. terimakasih :) - @Handtik

Selasa, 08 Januari 2013

LEBIH DARI INDAH


Part I : Loser !
             Siang ini sepertinya suasana lapangan basket SMP Harapan Bandung tidak seperti biasanya, terlihat ramai padahal bell pulang sekolah sudah bernyanyi sedari pukul 14.30 WIB dan sekarang waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB.
            “Vella… Vella… Vella…” “Ricky… Ricky… Ricky…” Begitulah sekiranya teriakan para siswa-siswi SMP Harapan Bandung yang berdiri di balik garis putih yang terlukis di atas lapangan basket tersebut.
             Di tengah lapangan sana berdiri siswa dan siswi yang tengah melempar pandangan sinis satu sama lain. Pria yang memasuki usia lima belas tahun bulan November lalu ini menyunggingkan bibirnya ke atas bagian kiri. Senyum sinis. senyum meremehkan pada gadis cantik yang berdiri di hadapannya. Ricky. Ya dialah pria yang dieluh-eluhkan banyak siswi-siswi di SMP Harapan Bandung. Siapa sih yang tak tahu Ricky, cowok keren keturunan Sunda asli ini mampu memahat sekaligus mematahkan hati gadis-gadis di SMP Harapan Bandung maupun di luar SMP tersebut.
            Vella. Gadis cantik yang berdiri di hadapan Ricky itu adalah Vella. Gadis tomboy yang menolak cinta Ricky saat ia dan pria di hadapannya ini menginjakkan kakinya di bangku kelas VIII, bukan sok jual mahal Vella menolak cinta Ricky, itu karena Vella belum mendapatkan izin dari kedua orang tuanya selain itu ia tahu jika Ricky tengah menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan dengan Val, pria keturunan Chinise juga Sunda yang sekarang sudah lulus dari SMP Harapan Bandung yang tak lain adalah sepupu Ricky dan kini ia melanjutkan sekolah di SMA N 3 Jakarta. Val memang satu tingkat di atas Ricky dan Vella. Dan itu artinya Ricky dan Vella sudah memasuki kelas IX. Dan kalian tahu, dari sini lah, dari Vella menolak cinta Ricky keduanya mulai bermusuhan.
            “Mending lo pulang aja. Gue ini kan kapten tim basket putra loh.” Ricky menyombongkan dirinya.
            “Terus mentang-mentang gue bukan kapten tim basket putri gue nyerah gitu sama lo? nggak akan Ricky Karisma!” Balas Vella mantap.
            “Oke! Sekarang permainan bisa dimulai ya.” Seru pria dengan jambulnya yang agak tinggi itu, suaranya pun bass layaknya pria dewasa. Priitt… peluit dibunyikan. Ricky dan Vella pun mencoba meraih bola basket yang melayang di udara yang tadi di lempar oleh pria yang bertugas sebagai wasit pertandingan one by one ini.
            “Ayo Vella, lo pasti menang!” Seru gadis cantik yang berdiri di samping gadis yang tak kalah cantik dengannya. Gadis itu Queen.
            “Iya Vel. Semangat!” Sambung gadis yang berdiri di samping Queen yang tak lain adalah Variska atau biasa di panggil Icha. Icha dan Queen adalah sahabat Vella semenjak mereka masuk SMP, sejak awal masuk sampai kelas IX mereka selalu saja sekelas, dan itu yang membuat kedekatan mereka menjadikan mereka lebih dari sekedar sahabat.
            “Ricky, ayo lo pasti menang!” Suara cempreng pria yang berdiri di samping Icha ini mampu membuat mata Icha melotot terhadapnya. Dika nama pria itu, sahabat dari Ricky.
            “Kok kamu dukung Ricky sih, harusnya kamu tuh dukung Vella.” Protes Icha tak terima dengan dukungan yang diberikan Dika kepada Ricky.
            “Loh emang kenapa? Ricky kan sahabat aku, lagian kamu juga dukung Vella, sahabat kamu.” Balas Dika tak terima.
            “Udah-udah masa’ masalah sepele aja buat kalian bernatem sih. Kalian kan baru jadian masa’ iya mau berantem aja.” Queen menengahi Dika dan Icha yang ternyata baru saja menjalin kasih itu. Keduanya saling diam, melemparkan pandangan mereka pada sahabat-sahabat mereka yang tengah bertanding itu. “Nggak usah kaya Ricky sama Vella deh.” Sindir Queen pada keduanya. tak ada sahutan. Queen menyerah untuk membuat keduanya berdamai.
***
            Pertandingan semakin sengit, lima menit lagi pertandingan usai namun sampai sekarang kedudukan memihak pada Ricky dan itu artinya ini situasi yang tidak aman untuk gadis cantik yang tengah mendrible bola menuju ring, mencoba mencetak angka untuk bisa mengalahkan pria yang pernah membuatnya terbang ke langit ke tujuh dan kemudian menghempaskannya ke dasar lautan, dan membuat perasaannya tak tentu arah, haruskah ia bangkit dari dasar lautan ataukah ia bertahan di dasar lautan?
            Vella melompat, dan hap. Bola masuk ke dalam ring Ricky, posisinya sekarang selisih satu angka dengan Ricky, tetap Ricky masih di atasnya untuk menyamakan kedudukan tidak mudah untuknya karena Ricky adalah ketua tim basket putra, sementara dirinya hanya sebagai anggota tim basket putri bukan kapten. Tapi padahal kemampuan Vella melebihi tim basket kaumnya, hanya saja ia tak sadar itu.
            Vella merebut bola dari tangan Ricky, mendriblenya kembali menuju ring Ricky, Ricky mencoba menghalangi Vella dengan berlari terlebih dahulu dan memosisikannya di hadapan Vella, Vella tak habis akal ia melompat dan hap. Seiring dengan bola yang jatuh ke dalam lingkarang ring, Vella jatuh juga di atas badan Ricky, ia keseleo, dan Ricky yang ada di hadapannya tidak siap siaga, ia malah terfokus pada bola yang akhirnya ia harus merelakan tubuhnya ditindih oleh tubuh Vella.
            “Yeaayyy!!!” Sorak sorai senang terdengar dari pendukung Vella. Dan priitt… peluit tanda berakhirnya pertandingan di nyanyikan dengan nyaring. Vella dan Ricky tersadar dari dunia mereka masing-masing yang kemudian memaksa mereka untuk kembali pada posisi semula.
            “Gimana Bis?” Tanya Vella dengan berdiri dengan satu kaki yang terasa sakit akibat keseleo tadi. Senyum kemenangan juga ditunjukkannya terhadap pria ini.
            “Ck!” Ricky berdecak kesal. “Oke gue ngaku gue kalah. Terus apa yang harus gue lakuin?” Ricky mengakui kekalahannya, ia bertanya kemauan Vella sesuai perjanjian awal mereka.
            “Oke, kan perjanjiannya kalau gue yang kalah gue harus nembak lo di depan anak-anak, dan kalau lo yang kalah, lo harus nurutin apa mau gue. Iya kan?” Vella mengingatkan perjanjian awal mereka. Ricky mengangguk pasrah. “Gampang, gue mau lo minta maaf sama cewek-cewek yang udah lo sakitin terutama yang lo jadiin bahan taruhan nggak penting lo sama Val dulu, dan satu lagi, selama seminggu lo harus jadi asistent gue.” Lanjut Vella.
            “Gila. Ogah gue buat yang jadi kacung lo. males banget.” Tolak Ricky mentah-mentah.
            “Gue bilang lo jadi asistent gue bukan kacung.” Ralat Vella.
            “Sama aja!” Sentak Ricky.
            “Terserah, kalau lo nggak mau di bilang pengecut sih, gue nggak masalah.” Seru Vella enteng.
            “Oke. Puas!” Seru Ricky tepat di depan wajah gadis cantik ini.
            “Gue tunggu permintaan maaf lo besok ya Ricky Karisma buat mantan-mantan lo yang lo sakitin.” Teriak Vella masih berada di dalam lapangan, sementara Ricky ia melewati kerumunan penonton untuk bisa jauh-jauh dari gadis cantik itu.
            Queen dan Icha langsung menghampiri sahabatnya itu sementara penonton yang lain membubarkan diri mereka dari lapangan. “Vella, sumpah lo keren banget!” Seru Icha dan Queen heboh sendiri.
            “Vella gitu.” Vella mengibaskan rambutnya yang dikuncir kuda dengan gaya yang dibuat seangkuh mungkin dan kemudia ketiga sahabat itu tertawa lebar. “Tapi ngomong-ngomong sakit nih kaki gue tadi keseleo.” Vella teringat dengan kakinya yang keseleo tadi.
            “Lagi sok-sok’an three point sih lo gini kan kejadiannya.” Seru Icha yang memapah sahabatnya itu untuk berjalan meninggalkan lapangan.
            “Kalau nggak gitu gue nggak menang.” Vella membela diri.
            “Tapi ya Vell, tadi itu lo sama Ricky romantis banget deh, kaya di FTV-FTV gitu jatohnya.” Ujar Queen yang membayangkan betapa romantisnya kejadian yang menimpa sahabatnya itu.
            “Dasar korban FTV lo Queen.” Seru Vella dan Icha kompak.
            “Kantin dulu yuk. Haus nih.” Ajak Vella, tenggorokannya benar-benar kering karena harus mengeluarkan energy yang lumayan untuk hari ini. Bukan hanya energy dari fisiknya melainkan otak dan juga hatinya.

Minggu, 06 Januari 2013

Di Saat Kita bukan lagi menjadi Kita


I missed you, I thought of you from time to time. Maybe it’s the season change because I miss you, I love you more than anything. I wonder if you’re thinking the same thing as me, I will write your name on the corner of my heart
I’ll hide it so no one can erase it
. When I think about the times we were together, I smile.
Maybe I don’t want to forget you
Yes, I don’t want to forget you
..

Aku mencoba memindahkan semuanya dimemori masa lalu, tapi apa yang terjadi? Yang terjadi justru semakin sulit untuk dipindahkan, yang ada aku semakin tidak bisa membedakan antara  masa lalu dan masa sekarang. Aku masih tetap saja tidak bisa mengelak dengan apa yang telah terjadi. Mungkin memang aku yang terlalu bodoh, mungkin memang hanya aku yang terlalu memikirkan tentang kita padahal kita bukan lagi sebagai ‘KITA’.
Aku masih berharap kita masih bisa menjadi ‘KITA’ yang dulu, menjadi ‘KITA’ yang selalu bersama, menjadi ‘KITA’ yang selalu mengisi satu sama lain, menjadi ‘KITA’ yang selalu ada disaat amarah melanda. Walaupun sebenarnya hanya akulah yang mempertahankan itu tapi tetap saja kau membawa pengaruh terbesar untuk semua yang telah ada. Adakah yang salah diantara kita? Aku rasa bukan kita masalahnya, tapi kau sendiri yang selalu membuat masalah itu ada.
Sekarang, hari ini, dan detik ini otakku selalu saja berputar-putar tentang kau, taukah kau tentang hal itu? Aku rasa tidak, kau terlalu egois untuk memikirkan perasaan orang lain. Kau selalu saja dan bahkan hanya memikirkan bagaimana membahagiakan kehausan jiwamu untuk segala sesuatu hal yang menyenangkan. Kau juga tidak pernah berpikir apa dampak dari kehausan jiwamu itu akankah menyakiti atau sebaliknya.
Kenangan dimasa lalu denganmu terlalu banyak, sehingga rasanya sangat sulit untuk aku hapus satu persatu. Aku tidak berusaha untuk menghapusnya tapi aku mencoba untuk menyimpannya dimemori masa lalu, aku juga tidak berusaha untuk melupakannya karena sangatlah munafik jika aku bilang aku sudah melupakan semuanya. Kenyataannya aku masih saja seperti aku yang dulu, aku tidak berharap ada seseorang yang baru yang dapat menggantikan posisimu.
Berharap kau dapat merasakan hal yang sama, berharap kita bisa menjadi ‘KITA’ (lagi), berharap tuhan bisa mengerti bahwa aku tidak menginginkan kehadiran yang lain. Just you and me in our world. Thank you for the momeries, Even at the moment we break up, you’re still the only one. Wishing you can comeback soon. Hold me like usual !!

                       
Neng Windy Sulistianti