Writer :
Titik Handayani
Seorang
gadis cantik tengah terduduk di atas balkon kamarnya, kedua telinganya di tutup
dengan earphone berwarna putih dan kedua matanya tertutup seakan merasakan lagu
yang tengah di putar melalui MP3 handphone berlayar sentuh dengan warna hitam
itu.
Air
mata yang susah payah ditahannya di balik matanya yang tertutup terasa percuma
karena rasa sakit yang dirasakannya begitu besar. tanpa sebab kekasihnya
meminta putus darinya, melupakan begitu saja janji yang telah diikatnya pada
tujuh bulan yang lalu, saat dimana mereka melepaskan masa putih abu-abu yang
kata orang begitu indah.
***
Maaf ya, kita putus.
Mata
indah gadis berwajah oriental ini seketika membulat, membaca pesan masuk yang
di ketahui dari sang kekasih. Kosentrasi yang tadinya tertuju pada dosen di
muka kelas itu berlarian satu persatu. Sekarang pikirannya hanya tertuju pada
pria bernama Ahmad Nabawi atau biasa ia sapa Bawi, pria yang tujuh bulan
belakangan ini resmi menjadi kekasihnya.
Matanya
mulai memanas, air mata yang tak pernah berniat untuk keluar dari sarangnya
kini berdesakan untuk keluar, Windy –nama gadis itu—tak tinggal diam, ia segera
mengadahkan kepalanya, berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata bodoh itu
pada saat yang tak tepat ini.
“Win.
Kenapa?” Gadis, sahabat Windy mulai merasakan sikap Windy yang aneh. windy
menoleh kea rah sahabatnya itu, wajahnya begitu menyiratkan kesedihan juga
kekecewaan.
“Bawi
minta putus.” Lirih Windy.
“Baiklah,
kita akhiri materi kita kali ini. Siang semuanya.” Ucap dosen dengan berkepala
botak plontos dengan janggut yang menghiasi dagunya itu. dosen itu pun keluar
dari ruang kelas. Semua mahasiswa berhamburan keluar kelas terkecuali Windy dan
juga Gadis sahabatnya.
“Kenapa
emang? Lo ada masalah sama dia?” Tanya Gadis penasaran.
“Mungkin
dia nggak mau backstreet sama gue. Kan banyak yang bilang cowok nggak betah di
ajakin backstreet.” Ungkap Windy tertunduk.
“Sabar
ya Win.” Gadis hanya bisa mengelus pundak Windy, menenangkan sahabatnya yang
tengah dilanda kegalauan itu.
***
aku kangen sama kamu. :*
Jemari
Windy bergerak lincah di atas layar handphonenya, bibirnya menyunggingkan
senyum tipis. Ia juga merasakan apa yang diungkapkan mantan kekasihnya melalui
pesan singkat itu.
“Atagfirullah.
Lupa gue sama dia kan udah putus.” Windy baru sadar apa yang menimpanya dengan
mantan kekasihnya.
Jangan ngejauh dari aku ya. Meskipun kita
putus aku mau kita berhubungan baik. Aku nggak mau jauh dari kamu.
Windy
terdiam membaca pesan tersebut. Ia juga tak mau merasa jauh dengan mantan
kekasihnya ini. Tujuh bulan menjalin kasih bukan waktu yang singkat, banyak
yang sudah dialaminya bersama dengan Bawi. Apalagi mereka menuntun ilmu pada
tempat yang sama saat masa putih abu-abu, itu membuatnya makin merasa susah
melupakan sosok Bawi sebagai kekasihnya, menganggapnya sebagai sahabat seperti
dulu.
Windy
kembali menyentuh setiap huruf yang tertera pada layar handphone bermerk Aple
itu, mengiyakan permintaan sang mantan kekasihnya.
Air
mata itu mengalir pada kedua sudur mata indah Windy, menelusuri pipi chubby gadis
berdarah sunda-betawi ini. Windy memang masih menjalin hubungan baik dengan
Bawi, namun bagaimanapun hubungan mereka saat ini hanya sebatas teman, tidak
lebih. Dan itu membuat Windy begitu merasakan sebuah kehilangan.
“Apa
lo nggak ngerasa kehilangan gue Baw?” Tanya Windy pada sebuah foto yang
terdapat pada layar handphonenya.
Windy
memutuskan untuk ke balkon kamarnya, mengingat setiap detik kenangan manis
bersama pria yang dikenalnya tiga setengah tahun lalu. Memutar lagu Rini Idol –
Mimpi Besarku untuk sekedar menemani kegalauannya malam ini.
Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi
Tak bisa ku hidup tanpamu
Terbiasa kau perhatikan aku
Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi
Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih…
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Kau mimpi besarku…
Hati
Windy makin teriris saat lantunan lagu itu terdengar di telinga lebih dari
sepuluh kali. Begitu meresapi lagu yang saat ini benar-benar menjadi theme
songnya.
“Aku
berharap suatu saat kamu dan aku akan menjadi kita lagi. Aku sayang kamu.”
Gumam Windy menutup matanya, mencoba membayangkan senyum Bawi yang sekarang tak
dapat dilihatnya lagi dalam dunia nyatanya.
*END*